Strategi Pembelajaran Peta Konsep untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam pelajaran TIK

IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan Undang-undang pendidikan nasional diatas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran disekolah. Sehingga guru seharusnya dapat mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana kondusif dan interaktif yang dapat mendorong siswa agar dapat berpartisipasi aktif didalam kelas.

Suatu proses pembelajaran yang baik haruslah bersifat interaktif, sehingga dapat memberikan ruang kapada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dengan kata lain proses pembelajaran harus berpusat pada siswa.

Berkaitan dengan Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tersebut, diharapkan dalam proses pembelajaran hendaknya siswa juga diberi ruang untuk dapat perpartisipasi aktif. Siswa diharapkan dapat lebih memahami mengenai konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diberikan dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari tersebut, merupakan beberapa indikator bahwa siswa tersebut memiliki penguasaan konsep yang kuat. Kuat tidaknya penguasaan konsep siswa terlihat dari prestasi belajarnya.

Namun kenyataannya dilapangan berbeda banyak, siswa yang masih menganggap Teknologi Informasi dan Komunikasi sulit. Hal tersebut berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa yang terlihat pada nilai hasil ujian mereka. Dimana sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah tersebut.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi siswa, agar dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahannya. Untuk itu strategi pembelajaran peta konsep (Concept mapping) sangatlah cocok digunakan untuk menunjang pembelajaran yang diinginkan, karena strategi pembelajaran peta konsep (Concept mapping) dapat membantu siswa menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas, membuat siswa lebih aktif dalam menkonstruk atau membangun pengetahuannya. peta konsep juga menyediakan visual konkret untuk mengorganisasikan informasi serta membantu menghindari miskonsepsi.

UNDERSTANDING

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi tentang yang dimaksud dalam tulisan ini, maka akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran peta konsep (Concept mapping)

Strategi pembelajaran peta konsep (Concept mapping) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengorganisasikan informasi yang diterima oleh siswa, sehingga siswa akan lebih aktif dalam membangun pengetahuan yang dimilikinya serta dalam memproses informasi.

2. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan siswa untuk mengetahui, memahami, menerapkan dan menganalisis konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa adalah soal tes pilihan ganda.

ANALIZE

1. Konsep

Menurut Ratna Willis Dahar (1989:79), konsep merupakan batu-batu landasan berfikir, yang diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Sedangkan Syaiful Sagala (2006: 71), mengatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan melalui prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Kegunaan konsep adalah untuk menjelaskan dan meramalkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsep memiliki arti yaitu gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, konsep merupakan buah pemikiran manusia berupa teori-teori yang diperoleh melalui suatu proses sistematis dari suatu fakta dan dapat digunakan dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.


2. Penguasaan Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penguasaan berarti pengetahuan atau kepandaian. Berdasarkan pengertian konsep yang telah dibahas sebelumnya, maka yang dimaksud penguasaan konsep adalah pengetahuan mengenai hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Sehingga penguasaan konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan mengenai konsep-konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah dikemukakan, serta dapat menerapkannya untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.


3. Strategi Pembelajaran Peta Konsep (Concept mapping)

Peta konsep adalah suatu cara untuk menangkap butir-butir pokok informasi didalam sebuah pembelajaran yang signifikan. Umumnya Peta konsep menggunakan format umum, yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi dalam pelbagai arah secara serempak.

Strategi pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah siswa dapat menangkap seluruh informasi yang diberikan oleh guru, kemudian siswa dapat menyusun kembali informasi yang diberikan oleh guru secara praktis, siswa dapat dengan mudah melihat hubungan-hubungan antar informasi, praktis dalam penggunaannya, dan siswa dapat mengingat atau memehami pembelajran lebih mudah.

Selain hal tersebut beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari segi content, peta konsep memberikan sejumlah keuntungan menurut Hisyam Zaini, dkk. (2002: 21) antara lain:

a. Concept map, sesuai dengan cirinya, memberikan visualisasi konsep-konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur di dalam otak guru ke dalam kertas yang dapat dilihat secara empiris.

b. Gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang lain.

c. Concept map memberikan hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep lain, baik utama maupun pendukung.

Tujuan dari strategi pembelajaran peta konsep (Dahar, 1988: 156) antara lain:

a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa

Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses ini, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”.

b. Belajar bagaimana belajar

Belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta konsep bukan untuk memenuhi keinginan guru, melainkan harus timbul dari keinginan siswa untuk memahami isi pelajaran bagi diri siswa sendiri.

c. Mengungkapkan konsepsi salah

Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa. Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.

d. Alat evaluasi

Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori Ausubel yaitu :

1) Struktur konitif diatur secara hirarki, dengan konsep dan proposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep-konsep dan propisisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.

2) Konsep dalam struktur kognitif mengalami differensiasi progresif. Prinsip ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang berkelanjutan, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan proposional. Jadi, konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif.

3) Prinsip Penyesuaian integratif, bahwa belajar bermakna akan meningkatkan bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara konsep.

Dikarenakan peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehinga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep.


4. Cara Menyusun Peta Konsep

Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep (Arends 1997) :

1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.

2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama

3. Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut

4. Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut:

1. Memilih suatu bahan bacaan

2. Menentukan konsep-konsep yang relevan

3. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif

4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.

5. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.


5. Macam-macam Peta Konsep

Peta konsep dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).(Nur 2000)

a. Pohon jaringan (network tree)

Karakteristik dalam peta konsep pohon jaringan adalah ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antar ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal berikut: menunjukkan sebab akibat, suatu hierarki, prosedur yang bercabang dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.


b. Rantai kejadian (events chain)

Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rangkaian kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian akan berlanjut ke kejadian selanjutnya sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian ini cocok digunakan untuk menvisualisasikan: tahap-tahap dari suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan suatu urutan kejadian

c. Peta konsep siklus (cycle concept map)

Rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir merupakan ciri dari peta konsep siklus. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali kejadian

awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya.


d. Peta konsep laba-laba (spider concept map)

Strategi pembelajaran peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk tukar pendapat. Melakukan tukar pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang campur aduk. Peta konsep laba-laba ini cocok digunakan untuk menvisualisasikan konsep yang tidak menurut hierarki, kategori yang tidak pararel, dan hasil dari tukar pendapat.


DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana. (2005). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.